Contact Us

Klik Disini

MitraKarpet Whatssapp

Liputan harian RADAR BOGOR SENIN 11 MEI 2009

Merintis usaha dengan modal seadanya dan pengalaman yang belum memadai, tentu tak mudah. Tapi bagi pasangan suami istri Hadi Suseno dan Maryati bukanlah kendala. Bagaimana kisah suksesnya?

HADI Suseno dan Maryati merintis usaha karpet dari bawah. Kesuksesannya hingga bisa membuka konter Mitra Karpet di Ruko Citeureup Jalan Mayor Oking Citeureup tidak diperoleh dalam sekejap.

Bahkan, konternya kini terbilang paling besar untuk wilayah itu.

“Untuk merintis bisnis ini tidak mudah. Modal yang diperlukan sampai ratusan juta. Karena itu belum banyak orang yang terjun ke bisnis ini,” jelas Hadi Suseno yang akrab dipanggil Seno ini.

Inisitif mendirikan usaha penjualan karpet dari Maryati. Seno hanya mendukung dari belakang usaha istrinya itu. Maryati yang mengaku tidak punya pengalaman dan ilmu yang cukup itu, memulai usaha dagangnya dengan berjualan sembako dan pakaian. “Saya semula tidak mengkhususkan diri berjualan karpet. Dulu saya berjualan sembako dan pakaian hingga berkodi-kodi,” kisah Maryati.

Maryati datang merantau dari daerah asalnya Ngawi Jawa Timur, bukan untuk berdagang. Ia ke Bogor pada 1980 dibawa saudaranya untuk mencari pekerjaan. Sempat bekerja di pabrik selama 21 hari, Maryati mengalami musibah, yakni barang-barangnya dicuri. Akhirnya ia berinisiatif untuk membuka usaha dan menjual barang kebutuhan pokok seperti sembako. “Dulu saya sulit menawarkan barang. Bahkan saya sering ditertawakan orang karena tidak bisa menyebut merek produk. Susah kalau mau ngomong merek itu. Maklum, saya tidak bisa melafalkan merek barang yang kebanyakan Bahasa Inggris itu,” tutur wanita yang mengaku hanya lulusan SD ini.

Maryati tidak serta merta sukses berjualan sembako. Ia memulainya sedikit demi sedikit. Mulai dari jumlah kiloan hingga akhirnya menjadi ton. Produknya juga makin  bervariasi. “Saya jual sembako 1985 hingga 1990-an. Setelah sembako, lalu sayur mayur, pakaian, perabotan dan mainan. Akhirnya rumah tinggal saya jadi penuh barang. Saya pun kecapekan dan mulai melirik karpet,” paparnya.

Ia dan suami memulai berjualan karpet di Pemda Cibinong pada 2002. Awalnya keuntungan yang didapat hanya Rp700 ribu. Lama-lama keuntungan itu meningkat. “Di Pemda Cibinong, mulanya saya  berjualan pakaian dan karpet. Lama-lama karpet semakin banyak peminatnya, jadi saya khusus berjualan karpet. Keuntungan pertama waktu itu Rp700 ribu. Saya senang sekali. Setiap minggu keuntungan meningkat mulai Rp5 juta hingga Rp10 juta. Saking senangnya saya datang jam 2-3 pagi dari rumah,” kisahnya.(*)

(Yulianti Tantina)

Dimuat pada harian RADAR BOGOR SENIN 11 MEI 2009
 

0/5 (0 Reviews)

Pin It on Pinterest

Share This